Sunday, August 27, 2017

Dosa dosa Pengasuhan 

Banyak sekali hal terjadi dalam pengasuhan yang merupakan kebiasaan atau sesuatu yang otomatis, tak bisa dikendalikan dan  dilakukan berulang ulang  oleh orang tua pada anaknya.  Umumnya hal itu terjadi dalam keadaan yang terdesak, tegang, kurang waktu dan tergesa gesa.
Sebagai manusia,  kita semua  pernah berbuat salah bahkan dosa, termasuklah saya .

Dengan maksud baik dan mulia, almarhum ayah saya mengajarkan kami untuk menghormati  setiap tamu yang datang kerumah kami dengan memberi mereka makan. Tergantung datangnya : bisa sarapan pagi, makan siang atau makan malam Beliau menginginkan tamu tamu itu makan dulu baru berbincang bincang. Karenanya, kalau lama saja sedikit ayah saya akan bertanya :”Sudah siap Ma atau Elly?, boleh cepat sedikit?”
Ini terjadi berpuluh tahun, maka sudah jadi kebiasaan pula bagi kami sekeluarga untuk menawarkan atau sudah langsung menyiapkan makan untuk tetamu kami bila waktu makan tiba, yah seadanya..

Air pancuran jatuhnya ke pelimbahan juga

Seiring  dengan  kebiasaan tersebut, maka jadi terbiasa pulalah saya mengatakan : “Cepat sedikit!” pada anak anak saya. Nah, setelah punya cucu, tak terelakkan saya menyaksikan bagaimana anak anak saya sering mengucapkan hal yang sama dalam cara yang berbeda pada anak anaknya. Terutama itu tadi, kalau buru buru, sudah telat  dan situasi lain yang serupa.
Inilah yang saya sebutkan bahwa:  Pengasuhan itu di turun temurunkan .
Masalahnya  masing masing keluarga mempunyai kebiasaan sendiri dan aturan serta harapan yang juga berbeda. Umumnya orang tidak menyadari bahwa kebiasaan pengasuhan  yang dilakukannya sehari hari  merupakan pengulangan dari bagaimana dulu dia diasuh.  Hanya orang orang yang  sungguh sungguh sadar ada yang salah dengan cara pengasuhannya dulu dan  sudah  sepenuhnya dirasakanya dampak tidak baik dari cara pengasuhan tersebut, yang berjuang  untuk tidak melakukan hal yang serupa.
Jadi anak yang dibesarkan dengan tenang, kata kata yang baik dan suara yang lembut  serta perlakuan yang respek, semua tertib dan teratur , akan menjadi orang tua yang sama pula bagi anak anaknya .Ringkasnya, anak yang dibesarkan dengan cubitan akan mencubit, dan yang biasa dengan pukulan akan menampar.
Saya punya sejuta cerita rasanya untuk dikisahkan…
Orang tua yang sangat mementingkan prestasi akademis anaknya, sehingga mengizinkan anaknya tidak memenuhi apapun tugas nya dirumah asal belajar dan les, akan memperlakukan anaknya serupa. Di keluarga itu pasti sering terdengar :’Ya sudah kalau yang kamu kerjakan itu belum selesai2 juga, tinggalin aja, nanti mama  atau mbak Ilah yang ngerjain. Sana! selesaikan dulu pe-er dan tugas tugasmu!”

Hal apa yang dampaknya paling buruk?

Temuan dari penelitian yang bertahun tahun kami lakukan,  menunjukkan bahwa cara pengasuhan yang berdampak sangat jauh dan dalam adalah: Ngomong dan sikap, termasuk bahasa tubuh  orang tua..
Saya teringat benar akan pepatah :”Mulut kamu harimau kamu!” Betapa kata kata bisa akan memangsa kita kembali.
Anak sudah berjuang belajar demi memenuhi harapan orang tua, eh sudah ranking bahkan ada yang lulus ‘cumlaude’, tetap kurang dapat penghargaan. Dianggap sesuatu yang biasa atau “sudah semestinya!”, boro boro diberi hadiah, pelukan saja tinggal  mimpi..
Banyak sekali saya menemukan bagaimana anak anak ini ketika dewasa kalau bisa pergi secepatnya dari rumah orang tuanya, sekolah kek, kawin kek.. pokoknya  menjauh dari orangtua kandung sendiri. Ketika sudah berkeluarga mereka  merasa tidak nyaman atau sudah ketakutan  jauh sebelum orangtua nya datang  mengunjunginya.Belum lagi  super ketakutan kalau ortunya tersebut mengulang pula cara pengasuhannya pada anak anak mereka, yg notabene cucu cucu kandung  ibu bapaknya
Kedengaran tidak sopan,tidak berbakti atau  tidak tahu diri? Tapi itulah kenyataannya.
Seorang sahabat datang bertandang kerumah kami  beberapa hari yang lalu. Kami mengenal menantu bahkan besannya.Dia menceritakan bagaimana terkejutnya dia menemukan menantu laki lakinya ini bukan saja sangat dekat tapi juga manja sekali dengan ibu mertuanya. Suatu hari mereka mendapat kiriman foto bahwa besan perempuan mereka dirawat di RS. Heran, dia bertanya kemenantunya kenapa tidak  memberi tahu dan apakah menantunya ini sudah menengok ibunya? Sahabat kami ini sangat terkejut ketika mengetahui bahwa menantunya bukan saja tidak mau mengabari mertuanya tapi juga tidak mau melihat ibunya yang sakit!. Astagfirullah! . Ternyata, menantunya ini mengatakan bahwa dia tidak dekat dengan ibunya, karena ibunya  selalu”ngomel”, bawaannya “salah mulu” kebanyakan nasihatin dan bukan saja miskin pujian tapi juga senyum!. “Mukanya bête aja”  jelas menantunya. Apa yang terjadi berikutnya?, demi mengajarkan menantunya ini, sang mertua mengantarkan dan menemaninya untuk menengok ibunya sendiri.
Banyak sekali pasangan tidak bahagia, bahkan sampai kecucu menderita, karena dosa dosa pengasuhan ini.

Jadi bagaimana dong ?

Sekarang tantangan pengasuhan luar biasa, semakin hari semakin meningkat saja bahayanya. Dari buku sekolah yang mengandung unsur porno, kejahatan seksual dimana mana, tontonan, permainan dan lagu anak yang penuh hal buruk, narkoba terus menerus ditemukan dalam jumlah besar tapi kita tidak pernah dengar bagaimana akhirnya, dan ancaman pornografi diujung jemari anak kita yang mengganggu fungsi otaknya tanpa diawali dengan pengaruh terhadap prestasi akademisnya!
Alih alih menjauhkan anak dari berbagai pengaruh buruk dan jahat tersebut, kita bisa membuat mereka menjadikannya sebagai “pintu exit” dari situasi buram, gak nyaman dan menekan dari dalam rumah, kalau kita menurun temurunkan kan dosa dosa  pengasuhan  tanpa sengaja.
Saya mengajak diri saya dan anda orang tua terpelajar yang baik hati untuk mengenali dan kemudian meotong kebiasaan2 buruk  dalam pengasuhan yang kita lakukan sehari hari.
Yuk kita sadari, jangan jangan ortu kita juga mewarisinya dari situasi yang tidak nyaman dulu dirumah beliau. Semua kan sudah berlalu, bahkan berpuluh tahun yang lalu. Jangan kan kita mampu mengendalikannya, tahu  apa yang jadi  penyebabnya saja tidak!
Paling gampang, yuk menerimanya sebagai kenyataan, lalu maafkan, minta ampunkan pada Allah, bicara selalu positif  pada otak kita, dan mulailah ngomong dengan senyum terlebih dahulu. Senyum membantu untuk bikin relaks, Kalau lagi marah banget ya tarik nafas dua – tiga kali, tersenyum baru bicara.
Enak diomongin gak enak di kerjain, pasti anda bilang begitu. Ya iyalah, tapi  ‘worth it’ untuk dicoba. Ngapain yang jelek jelek tetap disimpan iya khan, apa gunanya.
Nah selanjutnya, kalau lagi sendiri banyak banyaklah istigfar dan bayangkan anda membuang semua kebiasan lama tersebut sambil berulang ulang bilang sama diri sendiri : Aku harus merdeka, jiwaku merdeka dan pikiranku merdeka!
Hidup udah susah, jangan di susah susahin lagi
Selamat menyambut hidup yang lebih ringan  dan bahagia untuk melahirkan generasi yang lebih bahagia!.
Luv u all

Bekasi  30 Juli 207
Elly Risman
#Parentingeradigital

Silahkan share bila bila dinilai bermanfaat

No comments:

Post a Comment